Selembar Selampe Sutra
Tahukah selampe itu apa, beberapa orang langsung terhubung kesatu kondisi yang sedang tidak baik, yaitu flu, pilek. Sebab selampe biasanya digunakan untuk mengelap ingus. Lendir yang seringy keluar dari lubang hidung saat seseorang mengalami flu. Dari yang bening encer, sampai dengan hijau pekat seperti jel.
Menjijikan bukan, lalu bagaimana dengan sapu tangan, adakah bedanya dengan selampe. Diriku jadi berfikir, apa yang menyebabkan keduanya menjadi berbeda, padahal sama-sama kain. Bahannya sama, ukurannya sama, bentuknya sama.
Diriku bertanya kepada dirinya, mengkonsultasikan pikiran yang nyeleneh ini. Antara selampe dan sapu tangan, semakin membingungkan jika lagi-lagi diriku pautkan kepada dirimu. selampe, sapu tangan dan dirimu.
Tolong utarakan sekali lagi jalan pikiranmu tentang itu, dirinya menginginkan diriku untuk mengulang yang baru saja diriku utarakan. Tanpa ragu diriku, kembali mengatakan buah pikiranku terhadapa selampe, sapu tangan dan dirimu.
selampe, beberapa orang langsung terhubung kesatu kondisi yang sedang tidak baik, yaitu flu, pilek. Sebab selampe biasanya digunakan untuk mengelap ingus. Lendir yang seringya keluar dari lubang hidung saat seseorang mengalami flu. Dari yang bening encer, sampai dengan hijau pekat seperti jel. Menjijikan bukan, lalu bagaimana dengan sapu tangan, adakah bedanya dengan selampe. Diriku jadi berfikir, apa
yang menyebabkan keduanya menjadi berbeda, padahal sama-sama kain. Bahannya sama, ukurannya sama, bentuknya sama. Jika benar demikian, bisa jadi yang menbedakan dirimu dengan teman-temanmu mirip kejadiannya antara selampe dengan sapu tangan.
Dirimu dan teman-temanmu sama-sama perempuan, sama-sama wanita. Sama-sama memakai pakaian, sama-sama ber underwear, sama-sama bercelana dan berbaju. Apa bedanya?
Dirinya kemudian menjelaskan. Bukan maksud untuk selalu mencari perbedaan, sehingga perbedaan yang disikapi dengan tidak baik, tersulut emosi sehingga menyebabkan percecokan yang tiada akhir, sebab terus menerus, bahkan diwariskan.
Pasti beda, begitu dirinya mengawali komentarnya. Jika dirimu benar telah merubah penampilan secara berbusana, pastinya dirimu sudah menutup seluruh aurat. Tidak lagi memamerkan celana dalam, menutup rapat celah sehingga tidak ada lagi mata yang mendarat di dadamu yang dulunya dengan sengaja dirimu pamerkan perhiasan dirimu. Tidak lagi membiarkan setiap lekukan tubuhmu tampak jelas. Sehingga menjadi pusat perhatian, bahkan menjadi bahan dasar untuk berimajinasi nakal beberapa orang. Tidak juga kemudian terus-terusan mengkoleksi pacar, dengan berganti-ganti setiap pekan.
Belajar dengan giat memahami bagaimana sebaiknya berbusana, yang mengangkat nilai dirimu dimata manusia, sebab mengikuti perintah yang telah diturunkan oleh alloh subhanahu wata’ala.
Sehingga orangtua dirimu juga tidak lagi prihatin atas ke-jomblo-an dirimu. Sebab dirimu sedang belajar untuk menjadi lebih baik.
Sedangkan teman-temanmu, tidak juga untuk dikucilkan, tidak pula untuk dimusuhi, sebab bisa jadi mereka itu belum memahami tatacara berbusana seperti yang telah dirimu pahami.
Beda, dirimu dan teman-temanmu telah berbeda. Teman-teman dirimu masih senang dengan kondisi menurunkan harga diri dengan masih senang memamerkan celana dalam, ke siapa saja, dimana saja. Masih senang menjajakan susu, meski sangat awet tanpa adanya basi, namun tetap saja harga pasti menjadi merosot, suatu saat pastinya akan diobral. Masih juga mengenakan pakaian ketat, yang menjelaskan detil dari setiap lekukan tubuh yang teman-temanmu miliki. Masih senang bergonta-ganti pacar, mengoleksi mantan, senang atas kondisinya yang semakin hari benar-benar tidak berharga, malahan bisa menjadi sampah, sampah masyarakat.
Benar-benar beda kan, dirimu telah meninggalkan semua itu, meski tantangan selalu muncul. Tantangan timbul dari dirimu yang selalu dibisikan setan dari arah depan, belakang, samping kiri dan kanan. Tantangan timbul dari teman-teman dirimu, yang juga bisa jadi dibisikan setan, untuk menggoda dirimu, mengejek dirimu, sok sucilah, sudah taubatlah, bu hajilah, dan lah-lah yang lain-lain.
Diriku masih menyimak apa yang sedang dipaparkan dirinya, dan menanti penjabaran berikutnya dari dirinya.
Apalagi sutra, selampe sutra, sapu tangan sutra dan dirimu.
Ternyata itu saja, tambahan dari dirinya. Penutupan yang apik, menurut diriku seperti itu. Closing menawan, bagaimana korelasi antara dirimu, selampe dan sapu tangan sutra.
Jika sapu tangan yang telah kotor dengan ingus menjijikan, penyebar virus dapat di bersihkan, kenapa dirimu tidak. Jika pula selampe yang dipakai membersihkan kotoran dan berbagai macam lendir, dapat dicuci sehingga bersih malah lebih wangi, kenapa tidak dengan dirimu. Bukan juga memaksaan satu kondisi kepada dirimu, sebab lagi-lagi semua adalah pilihan yang harus dirimu putuskan. Alangkah sebuah kewajiban diriku dan dirinya untuk menginformasikan perihal ini kepada dirimu dan teman-temanmu.
Masih tetap banggakah, dirimu dan teman-temanmu menjadi seken (2nd), bekas.
Beda muslimah dan bukan
Sewaktu dirinya pulang dari kegiatan di alam bebas, camping ceritanya. Dirinya menemui diriku yang kemudian bercerita kisah-kisah menarik dan menantang, dan ada sau kisah yang dikaitkan dengan dirimu. Sepertinya, pembahasan dirimu itu telah menyedot perhatian diriku dan dirinya, hampir seringkali mengkait-kaitkan suatu kejadian dengan fenomena dirimu.
Dirinya menceritakan perihal yang terkait dirimu, sewaktu dirinya ber-camping ria. Begini. Setiap peserta digabungkan secara acak untuk membentuk regu. Setiap regu memiliki tugas tersendiri. Nah, setiap regu itu harus memiliki ciri khusus dalam berinteraksi, sehingga mudah untuk dibedakan.
Diriku menelaah yang disampaikan dirinya. Apakah gerangan yang ingin dirinya utarakan kepada diriku. Sedikit menerka, bahwa kaitan regu dengan dirimu adalah ciri khas. Tapi masih mengambang. Untuk itu diriku bertahan untuk diam, sambil menunggu dirinya melanjutkan kembali bercerita.
Ya, ciri khas. Dirinya seolah-olah paham apa yang terlintas dalam pikiranku. Dilanjutkan. Jika untuk mengetahui agar tidak tertukar dengan personil regu lain saja dirinya harus membuat sebuah sandi-sandi regu, kenapa dirimu yang sudah benar-benar telah dituntun secara apik dan begitu indah, tidak mau di-diferensiasi-kan. Dan jelas diferensiasi dalam dunia marketing sangat bisa sekali dijadikan value.
Dirimu lebih senang disamakan dengan teman-temanmu, yang mengenakan baju seronok, merendahkan diri sendiri, seolah paling ber-fashion tapi malah mundur ke zaman kuno. Bergonta-ganti pacar, seperti membeli krupuk saja.
Jika benar dirimu sudah mulai merubah tatacara berpakaian, alangkah indahnya. Semoga tetap kosisten dengan komitmen yang dirimu putuskan. Biarkan teman-temanmu seperti itu. Bukan juga malah menilai-nilai, bahkan jangan sampai malah me-non islam-kan teman-teman dirimu, seolah dirimu yang paling benar.
Cukup tahu saja, bagaimana membedakan antara dirimu dan teman-temanmu. Sehingga kebanyakan orang juga mampu dengan mudah untuk mengenali dirimu. Dirimu yang berpakaian menutup seluruh aurat dengan kain yang benar-benar menjaga kehormatan dirimu dimata manusia dan menggapai keridhaan Alloh subhanahu wata’ala.
Pastinya mudah untuk membedakan, personil regu mana, jika sudah disepakati sandi apa yang digunakan. Sandi dirimu dan teman-temanmu bagaimana.
Diriku betul mengerti apa yang disampaikan oleh dirinya. Tentang kisahnya yang diperoleh saat camping, digabungkan dengan kisah dirimu. Diriku menyimpulkan bahwa cara membedakan seorang muslimah seperti dirimu, dengan yang bukan adalah dengan memperhatikan bagaimana cara berpakaiannya. Jika dirimu telah berjilbab, bukan lagi sekedar kerudung, maka akan sangat mudah sekali diriku menemukan dirimu, sebab dirimu beda dari yang lainnya. Dan mudah-mudahan temanmu dapat mengikuti jejakmu.
Ada, sudah dibaca blum?
Dirimu. Kenapa dirimu dan teman-teman dirimu sebaiknya dan seharusnya memakai pakaian yang baik, menutup aurat, tidak mempertontonkan celana dalam, bra yang warna-warni penuh corak dan mencuatkan isinya sebab kekecilan ukurannya. Tidak juga memperlihatkan pakaian yang ketat, membentuk setiap lekukan badan dirimu dan teman-temanmu.
Tanya kepada dirinya, darimana kewajiban itu disampaikan kepada dirimu dan teman-temanmu.
Sebetulnya sudah ada, bahkan penyampainnya sangat indah. Kemudaian dirinya membacakan penggalan ayat yang tercantum dalam al quran. Sebuah kitab yang dipergunakan sebagai pembeda, bisa juga membedakan dirimu dan teman-temanmu, setelah dirimu mengikuti yang diperintahkan didalamnya, alquran. Dirinya membacakan,
Qs: An Nur (24) : 31
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
Qs: Al Ahzab (33) : 59
Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya [Jilbab ialah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada.] ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dengan baik dirinya melafadzkannya, merdu suaranya indah lantuannya. Subhanalloh. Diriku harus banyak belajar darinya.
Dua ayat sekaligus, berserta dengan arti dari kedua ayat itu. Juga memberikan penjelasan. Dirinya menambahkan, bahwasannya dalam penterjemahan ayat tersebut, ada segolongan manusia yang menyatakan bahwa berbusana, menutup aurat itu adalah sekedar anjuran, bukan kewajiban. Padahal jika benar-benar memahami ayat tersebut, dengan ilmu pendukunganya seperti mengerti sastra dan rangkaian huruf-huruf yang menuliskan kata-kata tersebut. Bukanlah sebuah bentuk anjuran, yang boleh jadi tidak dan boleh jadi boleh. Melainkan jelas sebagai satu bentuk perintah.
Diriku mendengarkan dan mencoba untuk mengingat ayat berapa dan surat apa yang dimaksud, yang telah dibacakan tadi oleh dirinya. Untuk kemudian diriku cek, kebenaran dan keabsahan yang dirinya sampaikan kepada diriku. Bukan maksud untuk tidak percaya kepada dirinya, hanya saja diriku bermaksud memperhatikan perbedaan yang dimaksud, antara anjuran dan perintah. Kenapa bisa terjadi, meski ilmu diriku masih belum sampai, namun itulah motivasi untuk belajar dan terus belajar.
Dirinya menyampaikan pesan untuk dirimu, jika sudah jelas demikian apa lagi yang menjadi alasan dirimu. Masihkah bangga dirimu menjadi seken, dengan memamerkan seluruh aurat dirimu. Dengan berbagai cara, mempertontonkan celana dalam dan bagian tubuh belakangmu, sampai dengan dirimu bergonta-ganti pacar. Kian hari merendahkan value dirimu sendiri.
Juga untuk teman-temanmu, bahwasannya, adalah jelas berbeda jika telah memakai pakaian yang menutup rapat aurat. Sebetulnya apa yang sedang dicari. Jika telah teramat sangat gamblang, dijelaskan. Bahwasannya inilah tatacara menaikan diri dimata manusia atas perintah Alloh subhanahu wata’ala, dan itulah bagaimana cara merendahkan diri yang juga menjauhkan diri dari Alloh subhanahu wata’ala.
Masihkah saja, dirimu dan teman-temanmu pada kondisi saat ini.
Terdiam, seolah airmata mengiringi kalimat terakhir, namun dirinya coba bertahan untuk tidak begitu saja mengalirkannya. Entah apa alasan dirinya melakukan hal itu, tapi yang diriku tahu, bahwasanya dirinya begitu sedih melihat kondisi dirimu saat ini, keadaan dirimu dan teman-temanu yang masih saja menjatuhkan harga diri. Menjadikan seken, dengan perilaku yang benar-benar menyedihkan. Mempertontonkan setiap lekukan tubuh dirimu dan teman-temanmu.
Melihat itu, menyaksikan dirinya tenggelam dalam perasaan terhadap dirimu dan teman-temanmu, membuat diriku terbawa. Terbawa untuk mengatakan apa yang telah dirinya sampaikan kepada diriku, mengatakan kepada dirimu agar dirimu semakin yakin dan mantab untuk segera merubah gaya berpakaian, mengatakan kepada teman-temanmu supaya mereka juga mau mengikuti langkahmu sebab kesadaran yang mulai tumbuh disalam diri mereka. Bukan karena dirimu, dan bukan sekedar ikut-ikutan.
Bikin surprise suami dirimu!
Suatu pagi dirinya mendatangiku, tidak seperti biasa, dan memang dirinya sering melakukan hal yang biasa. Membongkar rutinitas, bisa jadi itu yang menjadikan dirinya memiliki sudut pandang yang berbeda dari setiap pokok problematika, situasi dan kondisinya.
Dirinya membawakan hadiah untuk diriku.
Ini adalah hadiah sebagai tanda persaudaraan kita, tolong terima. Dan silahkan langsung dibuka bungkusnya. Begitu dirinya menyodorkan benda yang terbungkus rapi. Sulit untuk menebak apa isi didalamnya, sebab bisa jadi apa saja. Yang pasti adalah benda yang terbungkus itu merupakan barang yang tidak biasa, sebab itu juga dirinya memberikannya kepada diriku sebagai tanda persaudaraan kami.
Tapi bukanlah hadiah itu yang menjadi topic utamanya, sebab diriku dan dirinya sedang membicarakan dirimu dan teman-temanmu. Lagi, dirinya menyangkutan hadiah itu dengan dirimu. Dimananya, diriku sendiri belum dijelaskan oleh dirinya terkait hal ini.
Begini, dirinya menarik benang merah antara dirimu dan hadiah itu. Barang apapun jika dibungkus rapi, ditambah hiasan yang menawan, pastinya akan indah untuk dijadikan hadiah. Itu pertama. Dirinya berujar. Jika dirimu yang dibungkus dengan kain pakaian, menutup aurat, betapa cantiknya dirimu, betapa mempesonanya, apalagi cermat dalam memilih pakaian yang hendak dirimu dan teman-temanmu pakai. Dipastikan value dirimu dan teman-temanmu menjadi lebih tinggi ketimbang, berpakaian jahiliyah begitu, yang mempertontonkan setiap bagian dari tubuhmu dan teman-temanmu.
Dengan begitu masihkan dirimu bangga menjadikan diri menjadi seken?
Kemudian yang kedua, pastinya yang terbungkus itu lebih terawat, tidak berdebu dan warnanya tidak pudar jika berwarna. Sebab tidak langsung bersentuhan dengan kondisi cuaca diluar. Jika dirimu yang berpakain seperti itu, betapa tidak dirimu lebih bersih daripada disaat masih mengenakan celana dalam yang malah kelihatan dari luar, mengenakan kaos yang gombrong sehingga tonjolan didadamu terlihat oleh siapa saja. Pasti lebih bersih. Yang satu tertutup, yang satu terbuka, lalatpun bisa hingga kapan saja, langsung menempel di kulit dirimu dan teman-temanmu itu.
Dengan begitu masihkan dirimu bangga menjadikan diri menjadi seken?
Lalu yang ketiga. Dirinya terus saja mengucapkan setiap kalimat dengan lancarnya, seolah membaca teks pidato. Tapi diriku tetap medengarkan dengan seksama.
Pastinya, akan menjadi kejutan, apa yang ada didalamnya. Bukan barang yang biasa terlihat, kalaupun sering diiklankan namun pasti fill nya berbeda. Sebab itu pastinya membuka bungkusan hadiah dari seseorang yang special jantung kian berdetak keras berpacu dengan terbukanya setiap lembar kertas yang membungkusnya. Jika dirimu demikian, pastinya disaat waktunya telah tiba untuk membuka setiap pakaian yang dirimu kenakan pastinya menjadi kejutan untuk suami dirimu. Yang layak dan halal untuk dirimu pamerkan seluruh lekuk tubuh yang dirimu jaga selama waktu tertentu, dengan menutupnya dan menjaganya.
Bukan kepada pacarmu, atau pacar teman-temanmu. Dirimu pamerkan seluruh bagian dari tubuhmu. Dan jangan pernah pacarmu mengusik dirimu, meski hanya meniupkan angin ke telingamu. Dan apabila dirimu telah tahu pacaran merugikan dirimu, kenapa masih saja dirimu lakukan. Apabila pacaran lebih menjatuhkan harga dirimu, kenapa masih saja dirimu dan teman-temanmu lakukan.
masihkan dirimu bangga menjatuhkan diri menjadi seken?
Oh begitu, subhanalloh. Dirinya datang sepagi ini, membawakan hadiah untuk diriku, diperintahnya diriku langsung membuka bungkusannya. Menanyakan perasaanku. Kemudian menyangkutkan semua itu kepada dirimu. Me-link-kan banyak hal kepada dirimu, sebab dirimu memang sedang dalam pembahasan diriku dan dirinya. Menjadinya analogi untuk menjelaskan kepada diriku tentang dirimu dan teman-temanmu. Analogi yang masuk akal dan sangat mudah dicerna. Namun anehnya, seseringnya itu belum juga terpikirkan oleh diriku. Bahkan pula oleh dirimu, atau dirimu dan teman-temanmu sudah pernah mengetahui pembahasan ini dari orang lain, kemudian dirimu dan teman-temanmu tetap saja tidak ada perubahan, pura-pura tuli, tidak dapat mendengarkan, padahal untuk kebaikan dirimu dan teman-temanmu. Atau betul, bahwasannya dirimu dan teman-temanmu sesungguhnya telah teramat paham akan hal ini, tapi dirimu dan teman-temanmu pura-pura tidak tahu. Seperti halnya yang tertulis pada sebuah universitas terkenal di dunia, apa yang pura-pura anda tidak tahu. Harvard university.
Sebab dirimu lebih bangga menjadi seken.